Museum ini menjadi ikon wisata edukasi yang tidak hanya berperan dalam pelestarian sejarah, akan tetapi juga berkontribusi signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di sektor pariwisata.
Pada Kamis, 5 Juni 2025 pukul 13.00 WIB kami melakukan kunjungan ke salah satu tempat bersejarah di Kabupaten Lebak yaitu Museum Multatuli.
Kami berkunjung bersama dua mahasiswa, yaitu Misbah Alamsyah, Mahasiswa UIN SMH Banten Jurusan Hukum Keluarga dan Ara Awalia Ramadana, mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Jurusan Administrasi Publik. Tujuannya adalah mencari informasi mengenai Museum Multatuli.
Museum Multatuli berada di Kecamatan Rangkasbitung dan sekarang menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Kabupaten Lebak. Museum Multatuli adalah museum bersejarah yang didedikasikan untuk mengangkat perjuangan dan karya Eduard Douwes Dekker (Multatuli), penulis novel "Max Havelaar".
Museum ini berlokasi di bekas kantor dan kediaman Wedana Lebak yang dibangun pada tahun 1920-an. Bangunan ini kemudian diubah menjadi museum dan resmi dibuka pada tahun 2018.
Museum ini menjadi ikon wisata edukasi yang tidak hanya berperan dalam pelestarian sejarah, akan tetapi juga berkontribusi signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di sektor pariwisata.
Sejak diberlakukannya tiket masuk berbayar pada Oktober 2022, pendapatan museum mengalami peningkatan yang cukup pesat.
Kepala Pengelola Museum Multatuli, Ubaidillah, menjelaskan bahwa sejak awal penerapan tiket masuk sebesar Rp1.000 untuk anak-anak, Rp2.000 untuk dewasa adapun untuk turis sebesar Rp15.000.
“Alhamdulillah, dari target Rp 8 juta di tahun 2022 dalam waktu tiga bulan, kita bisa capai Rp13,5 juta. Tahun 2023 targetnya Rp 15 juta, ternyata realisasinya mencapai Rp50 juta," kata Ubaidillah.
Dan untuk tahun 2024, jelasnya, hingga April sudah di angka Rp 18 juta dengan target Rp30 juta. "Mudah-mudahan bisa kembali melampaui,” ujar Ubaidillah saat ditemui di ruang kerjanya," harapnya.
Selain dari tiket masuk, Ubaidillah menambahkan, Museum Multatuli aktif menyelenggarakan berbagai kegiatan edukatif dan budaya untuk menarik minat masyarakat, khususnya generasi muda dan pelajar.
“Kami rutin adakan program edukasi seperti bedah buku, festival budaya, temu komunitas, hingga program edukasi 3M: Mendengar, Menimba, dan Mencipta. Kegiatan ini didukung juga oleh Dinas Pendidikan Provinsi Banten melalui program Lawatan Sejarah Daerah (Laseda) dan P5.
Dikatakan Ubaidillah, pihaknya telah bekerjasama dengan beberapa pihak yakni agen travel, dinas pendidikan, dan KCD untuk mendatangkan pelajar. Setiap minggu selalu ada kunjungan sekolah, dari Lebak maupun luar daerah,” jelasnya.
Sejak diresmikan pada 11 Februari 2018, Museum Multatuli telah menjadi destinasi wisata edukasi yang diminati berbagai kalangan, mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga komunitas. Museum yang dibangun selama satu tahun dua bulan ini menghadirkan berbagai koleksi sejarah kolonial, perlawanan rakyat Banten, hingga peran tokoh Multatuli dalam mengkritik penjajahan Belanda di Indonesia.
Saat ini, Museum Multatuli dibuka untuk umum setiap hari, dengan fasilitas lengkap mulai dari area parkir, toilet, ruang edukasi, hingga area komunitas. Berbagai agenda budaya dan edukasi rutin digelar untuk memastikan museum tetap hidup dan relevan di tengah masyarakat.
Misbah Alamsyah
Mahasiswa UIN SMH Banten
Social Footer