ANABERITA.COM, Kolaborasi antara Direktorat Pendidikan dan Pengajaran, Direktorat Penelitian, dan Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat ditunjukkan dalam partisipasi ketiganya di stan bersama di ajang Konferensi Association for Asian Studies (AAS) in Asia yang berlangsung 9-11 Juli 2024 di Grha Sabha Pramana UGM. Keikutsertaan ketiganya dalam rangka menyosialisasikan program penerimaan mahasiswa Pascasarjana sekaligus menjaring minat akademisi internasional untuk melanjutkan studi di UGM.
”Ini ajang yang bagus untuk mengenalkan program Pascasarjana UGM terutama yang bisa dituju oleh calon mahasiswa asing, seperti program double degree, joint degree, atau beasiswa kemitraan lainnya yang bersifat global dan diperuntukkan bagi warga negera asing,” jelas Sri Haryanti, Koordinator Promosi dan Kesekretariatan Direktorat Pendidikan dan Pengajaran UGM.
Lebih lanjut Sri Haryanti menjelaskan program double degree atau gelar ganda yang diselenggarakan oleh UGM, berkolaborasi dengan setidaknya satu mitra dari universitas lain di luar negeri yang mempunyai program studi berbeda pada jenjang yang sama atau berbeda. ”Materi yang ditawarkan pada program ini pun sangat bervariasi, menyasar pada disiplin ilmu dan isu-isu tematik dalam lingkup global Asia, seperti sejarah, literatur, agama, film, politik, ketenagakerjaan, gender, arkeologi, antroplogi, sosiologi, linguistik, juga studi tentang media, hingga gerakan sosial, sampai kesehatan masyarakat dan lingkungan,” tambahnya.
Sedangkan untuk program joint degree atau program gelar bersama, skemanya hampir sama dengan double degree, bedanya untuk joint degree program studi dan jenjang yang ditempuh sama, sehingga menghasilkan 1 (satu) gelar yang merupakan pengakuan atas hasil pendidikan yang ditempuh. Dalam pameran ini, UGM juga secara gamblang memberikan informasi seputar tata cara pendaftaran khusus mahasiswa asing, baik proses, prosedur maupun kelengkapan berkasnya. ”Sudah ada petugas yang siap siaga membantu pengunjung memberikan informasi secara menyeluruh,” tutupnya.
Selain mengenalkan program kuliah pascasarjana bagi akademisi internasional di stan UGM, pengunjung juga bisa mendapatkan informasi seputar program-program kolaborasi kegiatan community service di level internasional terutama melalui kegiatan KKN-PPM UGM. Pengunjung juga akan mendapatkan informasi berbagai hasil penelitian yang ada di UGM.
Nishit, salah satu peserta Konferensi AAS-in Asia, peneliti dari Jawaharlal Nehru University, India, mengungkapkan perkenalannya dengan UGM dimulai dari seorang teman yang menempuh studi di salah satu Perguruan Tinggi di Yogyakarta. Dari situ Nishit mengetahui UGM sebagai salah satu universitas di Asia. Ini juga yang menarik Nishit datang ke UGM untuk berpartisipasi dalam Konferensi AAS-in Asia ini untuk bertemu dengan para peneliti lainnya di kawasan Asia dan berdiskusi tentang literatur dan film China, utamanya film-film dokumenter sesuai dengan minatnya di Literatur dan Bahasa China.
”Ini adalah konferensi besar, sebelumnya saya sudah pernah berpartisipasi di Konferensi AAS-in Asia di tahun 2023. Namun Indonesia, negara yang sangat indah dan ini dekat dengan India, jadi saya tertarik bergabung lagi tahun ini,” akunya. Di konferensi ini, Nishit juga bergabung di acara panel yang berkorelasi dengan minat studinya, pada literatur dan budaya Cina.
Andre, Profesor di bidang ilmu geografi dari Syracuse University New York, asal Filipina mengaku terkoneksi dengan UGM, sehingga adanya konferensi AAS-in Asia ini membawanya datang ke Jawa untuk pertama kalinya agar lebih mengenal UGM. Di konferensi AAS-in Asia ini Andre turut berpartisipasi dalam riset tentang isu urbanisasi. ”UGM sangatlah besar dan luas. Budaya, rumah, dan atmosfer di UGM mengingatkan saya akan kampung halaman di Filipina. Ini yang membuat saya tertarik untuk lebih terhubung dengan UGM,” tuturnya.
Konferensi AAS-in Asia menjadi wadah bagi para akademisi yang menekuni kajian-kajian tentang Asia untuk bertukar pikiran dan membangun koneksi. Tahun 2024 ini diselenggarakan di UGM dengan dihadiri lebih dari 1.500 peserta dari 43 negara, setelah tahun sebelumnya sukses digelar di Daegu, Korea Selatan.
Editor: Triya Andriyani
Social Footer